-ujan, jamur N manusia lumut- (Bag 1)

Author: Unknown // Category:
Biar kalian tambah pinter, gue mau sedikit berbagi pengetahuan tentang ujan dengan kalian.

Hujan.
Kata ‘hujan’ sebenernya berasal dari bahasa yunani yaitu ‘hujos’ dan ‘janos’. coba cari di kamus bahasa yunani.(mereka bukanlah sepasang suami istri!)
Kata ‘hujos’ mengandung arti ‘air’, dan ‘janos’ berarti ‘keluar’. Jadi hujan berarti ‘air yang keluar ato turun dari langit’(gak nyambung ya?).
Ujan dahulu kala dianggap sebagai datangnya setan ato iblis oleh suku pedalaman tertentu. Tapi di sebagian bangsa, ujan malah dianggap sebagai waktu dimana tuhan turun untuk membagikan mukzizat dan rahmat kepada suku mereka.
Ujan kebanyakan turun di daerah tropis. Yang berada di bagian tengah dari bumi kita(bukan inti bumi lho ya..).
Ujan terjadi karena pendinginan suhu awan(kumpulan udara) di angkasa yang berasal dari penguapan air laut yang sudah terlalu berat sehingga jatuh ke bawah dengan wujud berupa air(udah pernah SD kan..).
Manfaat ujan ada Banyak. Tanya ke pak RT kalo gak percaya(apa hubungannya?).

itu tadi sedikit pengetahuan 'sesat' dari kata ‘hujan’. Semoga bermanfaat bagi kalian yang sempet dan meluangkan waktu untuk membaca tulisan ini.
Maaf bagi temen-temen yang bener-bener buka kamus yunani. kedua kata di atas gak bakalan kalian temuin.

NB: dilarang keras menanyakan apa yang kalian baca ini ke ortu ato guru kalian!!
(mereka pasti nganggep kamu aneh!)


Oke, kembali ke cerita.
Seperti judulnya, kali ini gue mau cerita sedikit tentang ujan.



Jika gue ditanya,
“apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata ‘musim hujan’?”
“hujan?”
Pasti dipikiran gue langsung teringat tentang kenangan buruk tentang musim ujan kali ini.
Ya, meskipun banyak kenangan manis dan indah saat bersama-sama dia(ujan). meskipun kenangan kami berdua tak seperti cerita romantis kayak kisah Romeo dan Juliet, ato cerita Rama dan Shinta, dan mungkin petualangan Si Buta Dari Gua Hantu dan Kliwon, monyetnya(menurut gue mereka berdua yang paling romantis), tapi kisah kami lumayan buat diangkat menjadi novel ato setidak-tidaknya jadi serial bersambunglah.

Banyak kisah kami,
Seperti, saat dulu musim ujan waktu gue masih kecil.(emm..taun berapa ya?. Taun gajah kali.) Pokoknya waktu itu gue masih kecil(SD). gue inget(gue punya ingatan seperti gajah lho..), ujannya deras banget. Sampai-sampai pandangan ke depan hampir nggak keliatan karena ujan itu membuat semuanya berwarna putih.
volume air jatuh yang bila diukur dengan skala trigonometri dan akal sehat adalah deras tersebut menutupi pandangan di depan mata kita dengan warna air putih sehingga cahaya pantulan dari objek di depan kita tidak sampai ke mata kita. Itu istilah ilmiahnya.
Bagi yang nggak mau pusing-pusing dan sedikit berpikir, kata laennya adalah ‘ujan deres!!’
Ya, ujan deres itu membuat semuanya berwarna putih kecuali kulitku yang tetep item aja. Sangat deras sampai-sampai waktu itu rumah kontrakan kami sekeluarga(dulu ortu masih kontraktor) gentingnya banyak yang bocor(perasaan rumah itu selalu bocor deh).
Banyak yang berlarian buat berteduh mencari perlindungan.
Banyak pula yang kedinginan karena suhu begitu cepet berubah. Pohon-pohon banyak yang roboh diterjang angin badai. Hujan deras sampai kesegala penjuru. Kutub utara mulai mencair dan banjirpun melanda hampir kesegala penjuru dunia. New york dan Negara bagian sekitarnya tenggelam dipenuhi air...
Tunggu-tunggu..itu bukannya cerita film The Day After Tomorrow ya??
Ya, pokoknya intinya tuh ujan waktu itu deres banget. Meskipun nggak seekstrim cerita barusan.
Tapi dibalik ujan yang mahadahsyat itu,(ya, maklumlah.. anak SD mudah kagum oleh benda-benda sepele. Kayak ujan misalnya..) banyak temen-temen gue yang menikmati air yang jatuh dari langit itu.
Setiap kali ujan, mereka pasti keluar dengan bertelanjang dada, dan berlarian ke segala arah penjuru dunia ditengah jutaan tetes air itu. Layaknya orang satu kampung yang berlarian panik karena kampung primitipnya tersebut diserang naga terbang di atasnya. yang ternyata hanya helikopter yang kebetulan lewat aja. mereka selalu melakukannya dengan hati gembira bila ujan dateng. Yang akhirnya, kegiatan menikmati ujan tersebut dinamakan dan disepakati bersama dengan nama ‘ujan-ujan’. itulah legenda kata 'ujan-ujan' terbentuk. keren nggak?(kayak nama suku tertentu ya..)
Mereka kayaknya hepi banget. gue pengen banget ujan-ujan seperti temen gue karena ngeliat temen-temen gue yang ujan-ujan dan berlari kesana-kemari dengan indahnya. Aku ngeliat senyum mereka yang terbingkai di wajah dan bentuk tubuh mereka yang bantet itu. Mereka kesana-kemari, berlari-lari, menari-nari, dan akhirnya kebanyakan melakukan gerakan-gerakan aneh dan abnormal karena kehabisan ide buat mengisi kegiatan ujan-ujan itu.
Pokoknya kesan gue waktu itu adalah, ujan-ujan itu keren banget dan pasti seru tentunya.

‘Ya! Gue musti ujan-ujan!! Kayak mereka semua!’ Gue memantapkan niat dan membulatkan tekat. Berdiri dengan segala keberanian layaknya prajurit yang akan menuju medan perang dengan tanpa membawa senjata, tanpa bekal makanan, dan tanpa pengetahuan sama sekali tentang apa iu yang namanya perang.
Gue menuju komandan gue(yang nggak laen adalah bokap gue sendiri) dan meminta langsung untuk diterjunkan di medan perang(ujan-ujan).

Perhatian!
Dialog dibawah sebenernya sebagian besar terjadi dalam bahasa Jawa. Gue translate dalam bahasa Indonesia biar ngerti.
“nggak!”
“ujan-ujan tuh nggak baik! Kamu bisa sakit kalo ujan-ujan!”. bokap melarang dengan tegas.
“tapi liat tuh, mereka ujan-ujan..” gue mencoba membalik keadaan.
“mereka memang nggak ada yang ngurusin.” Sabda beliau.
“tapi aku juga pengen ujan-ujan..” kata gue dengan wajah memelas.
“diomongin kamu entar sakit kok!!” kata terakhir dari beliau
"tapi..," akhir dari perdebatan ini.
gue kalah. Dimenangkan 1-0 oleh bokap gue. Gue gagal untuk ke medan perang.
semua jadi hampa.
sehampa sayur buatan nenek gue.
sehampa mie instan yang gue masak sendiri.
semua terasa percuma.
gue waktu itu pengen banget bunuh diri. tapi nggak jadi, karena pikiran anak kecil gue bilang;
"kalo gue mati, lalu masuk surga, di surga ada yang jual es krim gak ya?"
"masih ada yang ngasih uang saku gak ya?"
"nggak jadi bunuh diri deh kalo gitu.."

Emang waktu kecil ujan-ujan adalah masa-masa yang manis untuk dikenang. Meskipun cerita tadi bukan masa-masa yang manis emang.

Nah, sekarang cerita tentang kenangan buruk tentang ujan.

Ujan kali ini sangat merepotkan bagi gue yang kuliah dengan cara PP (pulang pergi). Jarak kampus gue ke rumah gue(sekarang udah nggak ngontrak lho…) kalo diukur pake ukuran jengkal tangan manusia, ehmm.. sama dengan 219.015 jengkal manusia.
Perhatian!
Jengkal manusia mulai marak sebagai satuan ukur untuk menentukan jarak dan panjang.

Nah, kalo diukur dengan jarak normal, jaraknya sama dengan sekitar 40 kilo lah (pake satuan meter).
Kalo gue ngebut dengan kecepatan 40km/jam maka gue butuh waktu 1 jam kan buat nyampe tujuan.
Nah, kalo gue berangkat dari rumah pukul 07.00 WIB(waktu Irian Barat) dengan kecepatan 55 km/jam. Dan dalam perjalanan terjadi macet dan gue harus jemput temen gue dulu. Pertanyaannya, berapa jarak rumah temen gue dangan lokasi kampus?
buset!! kecampur ama soal matematika adik gue!!

Pengumuman! Gue nggak nyaranin lo buat kuliah dengan cara PP bagi yang rumahnya emang jauh. Capek banget!! Kost is better.

Capek emang.
Bayangin aja, kuliah di tempat gue kelar jam setengah lima. Kalo gue langsung pulang, paling cepet gue nyampe jam setengah enam. Dan kalo macet bisa-bisa molor ampek jam enam kelewat subuh. Lama sekali..

Nah, ujan kali ini kebanyakan turun waktu sore.
Kadang mulai jam tiga sore ampek jam tujuh malem. Kadang jam setengah lima ampe jam delapan malem. Pokoknya nggak tentu. Tapi hampir bisa dipastikan kebanyakan ujan turun waktu gue waktunya pulang.
Yang membuat jalan menjadi macet dan genangan air dijalan yang selalu aja mengorbankan sepatu gue dan memaksa ia mencelupkan dirinya di jalan yang selalu kayak lautan itu.
Jaket pun menjadi langganan jemuran di rumah karena hampir selalu basah tiap harinya.
Parahnya, vespa kakek gue yang selalu gue tumpangi buat melakukan petualangan berbahaya ini remnya selalu blong jika melewati jalan yang tergenang air. Jika udah gitu, gue harus menggunakan jurus kung-fu, ato lebih tepatnya tai-chi gue buat mengendalikan laju mesin yang minum banyak bensin tersebut. Gue harus melaju perlahan dan berhati-hati dengan menggunakan six sense gue biar nggak nabrak mobil di depan gue.
Bila udah gitu, kecepatan 'mobile suit' tersebut harus gue menjadi lambat banget(lebih cepetan tukang becak di samping gue).
Dan gue pun sampai di rumah dengan rekor waktu terlama adalah jam delapan malem!!(coz harus berteduh dulu..)
........

bersambung...

 Black Car Community
Black Motor Community
Black Community



4 Responses to "-ujan, jamur N manusia lumut- (Bag 1)"

Johanas Says :
25 Desember 2008 pukul 12.02

Wuah Pake Bersambung Segala ,wehehehehe. Met NAtal yah Boss !

Hadiq Says :
25 Desember 2008 pukul 15.45

wuih, ada sambungannya juga toh...

vespa di bilang mobile suit...
gimana kalo Motor racing,,
bisa di bilang roket juga ya??
hahahaha

Hadiq Says :
25 Desember 2008 pukul 15.46

hahahaha

MOBILE SUIT

ntar ada MOBILE GAMBRENG. heheh

Danisha Dalam Blog Says :
28 Desember 2008 pukul 18.25

kalo gw denger kata "ujan"..
berarti,,
gw berdoa,,supaya rumah ga kebanjiran,,
haha..

*beginilah nasib orang2 yg tinggal di daerah rawan banjir,, :(

Posting Komentar