Karena gak ada kuliah hari itu, dikarenakan dosennya sibuk ada urusan punya hajat(bisa jadi menikah lagi, atau kalo enggak, sunat lagi kayaknya). Aku dan temen sekelasku lagi-lagi nongkrong di perpustakaan (perpus) di gedung D4. aku ama temen-temen memang hampir selalu ke tempat ini jika gak ada kuliah dan gak punya rencana apa-apa buat hang-out. Ya, pokoknya jadi rumah kedua bagi kami semua yang terlantar dan tak terurus.Kali ini rencananya aku bertekat untuk nyelesaiin teori dasar buat laporan praktikum di perpus (yang entah kenapa, sekarang dosennya mengharuskan untuk buat laporannya harus tulis pake tangan, bukan pake kaki. Dan kalaupun boleh di print, isinya gak boleh sama dengan yang temennya yang laen, alias harus beli bahan sendiri, masak-masak sendiri, makan-makan sendiri, tidurpun sendiri).
Begitu masuk, kulihat sudah ada beberapa “makhluk” yang sudah online disana (biasanya sih fs-an). Sedangkan yang lainnya sibuk menulis laporan. Ya siapa lagi kalo gak temen-temen sekelasku.
Dengan terpaksa aku langsung bergabung dengan mereka(bukan dengan yang online, tapi dengan yang satunya lagi,), coz aku gak punya bahan contekan buat kutulis.
Dan waktupun terus berlalu. Siang berganti malam, hari berganti menjadi bulan. Musim-pun terus berganti. Tak terasa laporanku pun akhirnya selesai juga. Tiga puluh menit sudah aku di perpus menulis laporan.
“kamu udah selasai nulisnya? Pinjem pulpennya donk!”kata seorang temenku.
Tanpa menoleh dan basa-basi, aku langsung melemparkan senjata warisan temen-temenku itu.
Tangan temenku itupun menengadah bersiap menangkap pulpen. Dan…hup!! Tertangkap. Tapi bukan oleh tangan temenku yang pinjem pulpen tadi,melainkan oleh rambut berombak seorang cewek yang sedang bermain laptop tepat di depanku. yang diselidiki lebih lanjut ternyata itu temen sekelasku juga. Ajaib!! Tapi, ‘waduh, gimana nih? pulpen yang kulemparkan tadi ‘menempel’ di rambutnya!!’. Aku langsung teringat pesan nenekku di masa lalu. Beliau bersabda seperi ini,”cucuku, ingatlah baik-baik! pedang ini memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Jagalah pedang ini dari tangan-tangan jahat. Bila berada di tangan yang salah, pedang ini akan membahayakan dunia persilatan…” tunggu dulu! Bukannya itu dialog dalam film Angling Dharma?
Wis, intinya, nenekku bilang supaya jangan pernah merasa bersalah jika kita memang tidak bersalah. Dan kalaupun kita yang salah, sebisa mungkin jangan sampai ketahuan kalo kita yang salah. Sungguh kata-kata yang bijak.
Aku langsung menuruti pesan nenekku tersebut. Kuambil pulpen yang ‘menempel’ tersebut.
“waduh, makasih ya! Berkat rambut kamu, pulpenku gak jadi jatuh.”entah dari mana ku menemukan kata-kata itu.
“iya, sama-sama…”jawabnya singkat.
Kulihat temen yang tadi meminjam pulpenku itu berusaha menahan tawa.
Karena itu temen sekelasku, dan aku tahu dia sama-sama gilanya juga, ku beranikan diri bertanya,
“rambutmu ajaib ya! Pulpenku bisa nempel gak jatuh gitu. Apalagi jatuh, geser dari tempatnya aja enggak! Keramasnya pake shampo apa?”
“hehe..justru gak pernah shampoo-an makanya bisa ajaib kayak gini” dia sedikit tertawa.
“ha.ha…kapan-kapan niru ah! Emangnya benda apa aja yang pernah nempel disitu? Jangan –jangan pulpenku yang ilang kemaren, ilangnya di situ juga? ha..ha..ha..”
“iya kale! Coba cari aja mas!”
“besok-besok kalo aku pergi mancing, boleh ajak kamu kan? Pasti dapat ikan banyak!”
“lho? Emangnya kenapa?”
“ya rambutmu kan bisa buat jaring! Jadi kepalamu tinggal dicelupin di air, lalu ikan-ikan pasti pada banyak yang nempel.langsung untung besar deh, gara-gara rambut kamu!!”
”ha.ha.ha….” kami tertawa bersama..
Begitu masuk, kulihat sudah ada beberapa “makhluk” yang sudah online disana (biasanya sih fs-an). Sedangkan yang lainnya sibuk menulis laporan. Ya siapa lagi kalo gak temen-temen sekelasku.
Dengan terpaksa aku langsung bergabung dengan mereka(bukan dengan yang online, tapi dengan yang satunya lagi,), coz aku gak punya bahan contekan buat kutulis.
Dan waktupun terus berlalu. Siang berganti malam, hari berganti menjadi bulan. Musim-pun terus berganti. Tak terasa laporanku pun akhirnya selesai juga. Tiga puluh menit sudah aku di perpus menulis laporan.
“kamu udah selasai nulisnya? Pinjem pulpennya donk!”kata seorang temenku.
Tanpa menoleh dan basa-basi, aku langsung melemparkan senjata warisan temen-temenku itu.
Tangan temenku itupun menengadah bersiap menangkap pulpen. Dan…hup!! Tertangkap. Tapi bukan oleh tangan temenku yang pinjem pulpen tadi,melainkan oleh rambut berombak seorang cewek yang sedang bermain laptop tepat di depanku. yang diselidiki lebih lanjut ternyata itu temen sekelasku juga. Ajaib!! Tapi, ‘waduh, gimana nih? pulpen yang kulemparkan tadi ‘menempel’ di rambutnya!!’. Aku langsung teringat pesan nenekku di masa lalu. Beliau bersabda seperi ini,”cucuku, ingatlah baik-baik! pedang ini memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Jagalah pedang ini dari tangan-tangan jahat. Bila berada di tangan yang salah, pedang ini akan membahayakan dunia persilatan…” tunggu dulu! Bukannya itu dialog dalam film Angling Dharma?
Wis, intinya, nenekku bilang supaya jangan pernah merasa bersalah jika kita memang tidak bersalah. Dan kalaupun kita yang salah, sebisa mungkin jangan sampai ketahuan kalo kita yang salah. Sungguh kata-kata yang bijak.
Aku langsung menuruti pesan nenekku tersebut. Kuambil pulpen yang ‘menempel’ tersebut.
“waduh, makasih ya! Berkat rambut kamu, pulpenku gak jadi jatuh.”entah dari mana ku menemukan kata-kata itu.
“iya, sama-sama…”jawabnya singkat.
Kulihat temen yang tadi meminjam pulpenku itu berusaha menahan tawa.
Karena itu temen sekelasku, dan aku tahu dia sama-sama gilanya juga, ku beranikan diri bertanya,
“rambutmu ajaib ya! Pulpenku bisa nempel gak jatuh gitu. Apalagi jatuh, geser dari tempatnya aja enggak! Keramasnya pake shampo apa?”
“hehe..justru gak pernah shampoo-an makanya bisa ajaib kayak gini” dia sedikit tertawa.
“ha.ha…kapan-kapan niru ah! Emangnya benda apa aja yang pernah nempel disitu? Jangan –jangan pulpenku yang ilang kemaren, ilangnya di situ juga? ha..ha..ha..”
“iya kale! Coba cari aja mas!”
“besok-besok kalo aku pergi mancing, boleh ajak kamu kan? Pasti dapat ikan banyak!”
“lho? Emangnya kenapa?”
“ya rambutmu kan bisa buat jaring! Jadi kepalamu tinggal dicelupin di air, lalu ikan-ikan pasti pada banyak yang nempel.langsung untung besar deh, gara-gara rambut kamu!!”
”ha.ha.ha….” kami tertawa bersama..
0 Responses to "-rambut ajaib-"
Posting Komentar