...
(kamis 2 april 2009)
...
Eh, gue mau sedikit pamer ‘cerita pendek’ yang udah gue buat waktu mata kuliah storytelling and storyboarding.
Eh jangan salah! Ini udah dibacain di depan kelas lho!!... (pamer mode: ON!)
(emang kenapa kalo dibacain di depan kelas? Gak penting!!…)
Hikz... hikz... T_T
...
...
Ini cerita kayak dongeng gitu.. judulnya ‘Nenek Tua Dan Kucing peliharaan’.
Dibaca ya... ^^
Di suatu Desa, hiduplah Nenek tua di sebuah rumah tua pula. Ia hidup hanya ditemani seekor kucing peliharaannya. Nenek tua ini kesehariannya pekerjaannya hanyalah shopping-shopping belanja daster di mall yang dekat desanya. Di masa tuanya ini, dia mengandalkan warisan dari suaminya yang mantan pensiunan tukang penjual susu keliling ini. Warisan suaminya ini hanyalah sepetak tanah sebesar 100x100 m yang berada di samping rumahnya.
Setiap bulan, Nenek ini menjual tanahnya semeter demi semester untuk mencukupi kebutuhannya yang teramat mewah untuk orang seusianya ini. Entah, sudah berapa ratus daster yang sudah dia beli. Mulai dari belang-belang, hingga yang loreng-loreng yang lebih mirip pakaian trio macan ini. Hampir setiap hari dia menjual tanahnya hingga hampir habis. Bahkan tanah tempat kuburan suaminya yang berada di halaman depan rumah itupun kemarin ia jual juga. Entah bagaimana teriakan suaminya di neraka saat ini. Pasti ia menyesal telah menikah dengan istrinya yang hobinya shopping tiap hari ini. Kalo saja suaminya ini punya kesempatan hidup dan menikah lagi, pasti dia akan lebih memilih untuk menikah dengan satpam saja. Biarlah menjaga rumah dan ronda tiap malam, asalkan tidak menghabiskan uang untuk shopping.
Pada suatu hari, si nenek yang sepertinya depresi dan kehilangan semangat hidup itu, terbaring lemah tak berdaya di kasur yang terbuat dari kayu rotan itu.
Ia seharian pusing. Sejak kemarin ia tidak makan. Karena sudah tidak berdaya, maka ia memanggil kucingnya untuk mengambilkannya obat.
“si Hitam!! tolong ambilkan obat yang ada di kulkas!!..”
“meong…” si kucing itupun langsung berlari menuju ruang tengah, tempat kulkas itu berada. Dengan kepalanya, ia membuka pintu kulkas dan mengambil bungkusan tas kresek yang berisi obat. Lalu ia kembali ke nenek tua dan memberikannya padanya.
“makasih ya si Hitam… lu baik deh!”
Seperti itulah terus menerus selama beberapa hari. Setiap saat si nenek yang tak berdaya itu meminta bantuan si kucing dalam memenuhi kebutuhannya. Mulai dari minum obat sampai yang namanya makan bubur. Entah bagaimana ceritanya, si kucing bisa dapat bubur setiap hari.
Selang beberapa hari, si kucing itu ketika dipanggil tak kunjung datang juga.
“si Hitam!! tolong belikan bubur!..”
Tak ada sahutan.. satu menit kemudian..
“si Hitam!!!..” masih tak ada respon dari si kucing. Si nenek yang suaranya mulai serak dan napasnya mulai senin-kemis itu pun mulai naik pitam.
“SI HITAM!!! BURUAN SINI!!..”
Masih saja tak ada yang terjadi. Akhirnya dia berhenti sejenak.
Tiba-tiba tangannya meraih sebuah kertas kotor di samping bantalnya. Ia membuka kertas itu dan mulai membaca..
…
...
Dear Nenek…
Aku pergi.
Aku pergi untuk mencari guru ahli kungfu. Sudah sejak lama aku menyadari kalo diriku berbakat dalam bidang kungfu. Sejak nenek hobi melihat film-film Jackie Chan dan Jet-li dan menyewa DVD-DVD film laga tersebut. Aku menyadari kalo takdirku adalah menjadi aktor laga. Bukan menjadi peliharaanmu..
Aku pergi Nek..
Aku sudah lelah dengan semua ini. Aku lelah harus terus membantu nenek yang boros ini. Aku sudah lelah tidak diberi makan tiap hari karena nenek sakit.
Benar kata Kakek, seharusnya ia memilih menikah dengan Juminten yang jadi satpam di kompleks sebelah saja, daripada menikah dengan nenek yang lebih cantik tapi hobi beli daster ini.
Oh ya, sebagai bekal, aku menjual koleksi daster Nenek beberapa biji agar aku bisa pergi. Aku juga mengambil beberapa botol Fanta yang ada di kulkas agar aku gak kehausan di jalan.
NB: jangan panggil lagi aku si Hitam! sejak dulu, buluku itu putih!
Si Nenek menutup kertas itu. air matanya berlinang. Selain karena menyadari segala kesalahannya, ia juga terheran-heran dan terkagum,
SEJAK KAPAN KUCINGNYA ITU BISA MENULIS??!!
Ia pun meninggal setelah menyadari kesalahannya.
*Karena gue menghargai keaslian sebuah karya, maka tulisan cerita diatas gak gue edit sama sekali. Sama seperti yang gue tulis di kertas. Jadi mohon maaf kalo ada bagian-bagian yang kurang enak dibaca…
Hhehe….
Leave comment ya… ^^
(kamis 2 april 2009)
...
Eh, gue mau sedikit pamer ‘cerita pendek’ yang udah gue buat waktu mata kuliah storytelling and storyboarding.
Eh jangan salah! Ini udah dibacain di depan kelas lho!!... (pamer mode: ON!)
(emang kenapa kalo dibacain di depan kelas? Gak penting!!…)
Hikz... hikz... T_T
...
...
Ini cerita kayak dongeng gitu.. judulnya ‘Nenek Tua Dan Kucing peliharaan’.
Dibaca ya... ^^
Nenek Tua dan Kucing Peliharaan
Di suatu Desa, hiduplah Nenek tua di sebuah rumah tua pula. Ia hidup hanya ditemani seekor kucing peliharaannya. Nenek tua ini kesehariannya pekerjaannya hanyalah shopping-shopping belanja daster di mall yang dekat desanya. Di masa tuanya ini, dia mengandalkan warisan dari suaminya yang mantan pensiunan tukang penjual susu keliling ini. Warisan suaminya ini hanyalah sepetak tanah sebesar 100x100 m yang berada di samping rumahnya.
Setiap bulan, Nenek ini menjual tanahnya semeter demi semester untuk mencukupi kebutuhannya yang teramat mewah untuk orang seusianya ini. Entah, sudah berapa ratus daster yang sudah dia beli. Mulai dari belang-belang, hingga yang loreng-loreng yang lebih mirip pakaian trio macan ini. Hampir setiap hari dia menjual tanahnya hingga hampir habis. Bahkan tanah tempat kuburan suaminya yang berada di halaman depan rumah itupun kemarin ia jual juga. Entah bagaimana teriakan suaminya di neraka saat ini. Pasti ia menyesal telah menikah dengan istrinya yang hobinya shopping tiap hari ini. Kalo saja suaminya ini punya kesempatan hidup dan menikah lagi, pasti dia akan lebih memilih untuk menikah dengan satpam saja. Biarlah menjaga rumah dan ronda tiap malam, asalkan tidak menghabiskan uang untuk shopping.
***
Akhir-akhir ini, si Nenek sudah mulai berhenti shopping. Bukan karena mulai bertobat atau apa, tapi karena sudah tidak ada lagi tanah yang bisa ia jual lagi. Yang tersisa hanyalah rumahnya dan kucingnya yang setia itu.Pada suatu hari, si nenek yang sepertinya depresi dan kehilangan semangat hidup itu, terbaring lemah tak berdaya di kasur yang terbuat dari kayu rotan itu.
Ia seharian pusing. Sejak kemarin ia tidak makan. Karena sudah tidak berdaya, maka ia memanggil kucingnya untuk mengambilkannya obat.
“si Hitam!! tolong ambilkan obat yang ada di kulkas!!..”
“meong…” si kucing itupun langsung berlari menuju ruang tengah, tempat kulkas itu berada. Dengan kepalanya, ia membuka pintu kulkas dan mengambil bungkusan tas kresek yang berisi obat. Lalu ia kembali ke nenek tua dan memberikannya padanya.
“makasih ya si Hitam… lu baik deh!”
Seperti itulah terus menerus selama beberapa hari. Setiap saat si nenek yang tak berdaya itu meminta bantuan si kucing dalam memenuhi kebutuhannya. Mulai dari minum obat sampai yang namanya makan bubur. Entah bagaimana ceritanya, si kucing bisa dapat bubur setiap hari.
Selang beberapa hari, si kucing itu ketika dipanggil tak kunjung datang juga.
“si Hitam!! tolong belikan bubur!..”
Tak ada sahutan.. satu menit kemudian..
“si Hitam!!!..” masih tak ada respon dari si kucing. Si nenek yang suaranya mulai serak dan napasnya mulai senin-kemis itu pun mulai naik pitam.
“SI HITAM!!! BURUAN SINI!!..”
Masih saja tak ada yang terjadi. Akhirnya dia berhenti sejenak.
Tiba-tiba tangannya meraih sebuah kertas kotor di samping bantalnya. Ia membuka kertas itu dan mulai membaca..
…
...
Dear Nenek…
Aku pergi.
Aku pergi untuk mencari guru ahli kungfu. Sudah sejak lama aku menyadari kalo diriku berbakat dalam bidang kungfu. Sejak nenek hobi melihat film-film Jackie Chan dan Jet-li dan menyewa DVD-DVD film laga tersebut. Aku menyadari kalo takdirku adalah menjadi aktor laga. Bukan menjadi peliharaanmu..
Aku pergi Nek..
Aku sudah lelah dengan semua ini. Aku lelah harus terus membantu nenek yang boros ini. Aku sudah lelah tidak diberi makan tiap hari karena nenek sakit.
Benar kata Kakek, seharusnya ia memilih menikah dengan Juminten yang jadi satpam di kompleks sebelah saja, daripada menikah dengan nenek yang lebih cantik tapi hobi beli daster ini.
Oh ya, sebagai bekal, aku menjual koleksi daster Nenek beberapa biji agar aku bisa pergi. Aku juga mengambil beberapa botol Fanta yang ada di kulkas agar aku gak kehausan di jalan.
NB: jangan panggil lagi aku si Hitam! sejak dulu, buluku itu putih!
Si Nenek menutup kertas itu. air matanya berlinang. Selain karena menyadari segala kesalahannya, ia juga terheran-heran dan terkagum,
SEJAK KAPAN KUCINGNYA ITU BISA MENULIS??!!
Ia pun meninggal setelah menyadari kesalahannya.
THE END
*Karena gue menghargai keaslian sebuah karya, maka tulisan cerita diatas gak gue edit sama sekali. Sama seperti yang gue tulis di kertas. Jadi mohon maaf kalo ada bagian-bagian yang kurang enak dibaca…
Hhehe….
Leave comment ya… ^^
Ternyata si kucing itu cucunya yah..hehe....
very nice post and story bro
haahahahahahahhaha..........
lucu looh kaa !!! keren !!!
hi hi hi ...
kreatif walau sedikit menghayal. eh nulis cerita emang harus pake menghayal yak? hue he he
salam kenal ya?
neneknya gaul, bos.....
hahaaaa.. pengen juga punya kucing kyak gitu, yang bisa disuruh ngambil obat, hehe... karangan bebas sekali dah tuh...
yoooo... kirain apaan....
kunjungan rutin mass...
jiah,,ada ada aja kau..hho..
kocak ceritanya..:)
nice story.....
keep going.... and update.....
regards,
OXFORD UTOMO