-trouble of 'busi'ness!!!-

Author: Unknown // Category:
....
......
Di suatu waktu, gue pernah ngobrol-ngobrol ama temen gue waktu di kantin.

“kenapa ya, di setiap ada kesialan selalu aja ada gue?” gue penasaran terhadap fenomena ‘ajaib’ yang hampir selalu aja terjadi pada gue.

“hmm..” dia agak mikir bentar. “kayanya kamu yang emang membawa kesialan deh! karena tiap ada kamu, kecenderungan untuk terjadi kecelakaan meningkat!!” ternyata setelah sering melalui banyak masa-masa suram ama gue membuat dia dapat menyimpulkan dengan cermat. “jadi kuncinya di kamu!”

“hahaha!!.. masa?!!..” gue ketawa garing. “jadi gitu ya… hahahaha!!..”

“iya…”

Beberapa menit kemudian gue langsung nangis dipojokan. menghabiskan 2 botol frestea sekalian ama botol-botolnya.

Gak lama gue mikir lagi abis itu, apa bener gue?
Gue merenung kembali, memikirkan segala kesialan-kesialan yang terjadi selama ini.
Jadi, semua kesialan yang terjadi ama gue dan ‘korban-korban’ disekitar gue penyebabnya adalah GUE??



***


Masih inget tentang Si Blues dan kutukan ban bocor?
Sejak beberapa saat yang lalu si blues, vespa gue setelah diganti bannya dengan ban baru di bagian depan belakang luar dalam, benda hasil evolusi dari mesin pemotong rumput itu sudah tidak menunjukkan adanya tanda-tanda dia minta sesajen lagi(sudah tidak mengalami kutukan ban bocor.red). untuk beberapa saat, gue merasa aman, tentram, sejahtera dan bersahaja.

Baru aja setelah gue ngeliat si blues gue pake berbulan-bulan dan tidak menunjukkan adanya gangguan, gue langsung komen,
”yak! dengan ini gak akan ada lagi yang namanya kutukan! apa itu kutukan! gue gak percaya yang namanya kutukan!!”. gue ngomong pede seolah-olah semua kutukan yang gue alamin hanyalah mimpi aja. Hanya fatamorgana. Seolah-olah semua ini hanyalah imajinasi abnormal gue.


Ternyata gak lama, (seolah-olah ingin mengetes kesetiaan gue)Si Blues langsung ngambek lagi! Ternyata kutukan vespa itu masih aja belum berhenti.
Kalo dulu yang bermasalah adalah bannya, maka kali ini gantian businya!


Ya, kali ini busi Si Blues yang selalu ngadat!

Great!!


Si Blues kembali mengutuk gue.



…..
……


Malam berkabut.
Karena ada urusan di kampus dan juga hujan yang terus mengguyur sejak sore, waktu itu gue pulang sekitar jam 9 malam dari kampus. (bagi yang berjiwa detektif, pasti mulai mempertanyakan, bagaimana kabut bisa datang setelah hujan turun)
Malam waktu itu begitu membeku.

Waktu itu gue pulangnya bareng Mita, adek kelas gue yang juga pulang malem waktu itu. Dia ngikut karena angkot udah gak ada kalo malem dan rumahnya sejalan dengan jalan gue pulang.
Waktu awal gue denger dia mau bareng gue ikut pulang, gue agak ragu.

“beneran?? beneran.. pulang bareng?!” tanya gue, hampir gak percaya ada orang sebegitu ingin mengakhiri hidupnya dengan cara nebeng pulang ama gue.

“iya!!...”

“yakin?”

Wajar gue ngomong gini! Bukannya apa-apa, gue ngomong gini karena sejarah menulis, gue memiki kecenderungan untuk mengalami kesialan lebih besar daripada seluruh orang lain di dunia. Dan selalu ada-ada aja cara gue bisa mengalami kesialan. Contoh kecil, misalnya aja waktu gue jalan kaki.
Misal gue jalan kaki. Bisa aja waktu jalan (tanpa alasan yang jelas)tiba-tiba gue kepeleset kulit pisang, lalu terjatuh, lalu kaki berdarah-darah, masuk rumah sakit, lalu akhirnya kaki gue harus diamputasi.

Tuh kan?
Kalo gak gitu, bisa aja waktu gue jalan, tiba-tiba ada orang jalan disamping yang nyenggol gue, lalu gue terjatuh, lengan gue berdarah-darah, masuk rumah sakit, lalu tangan gue diamputasi.
Atau mungkin aja, waktu gue jalan kaki, gak sengaja kejeduk ranting pohon yang melambai, lalu gue terjatuh, kepala berdarah-darah, masuk rumah sakit, lalu kepala gue diamputasi.
(note: tanpa alasan yang jelas dokternya suka sekali mengamputasi)
Selalu ada1001 alasan gue bisa mengalami kecelakaan.
Dan gue gak pengen satupun anak ikut ngerasain kesialan dengan ikut ama gue.

“iya, beneran!” kata dia polos. Matanya berkaca-kaca.

“em…gimana ya??...” gue mikir bentar.

“ya??” matanya semakin berkaca-kaca disertai dengan wajahnya memelas. Sepertinya dia serius. Gue hampir sulit ngebedain antara memelas pengen ikut nebeng pulang ama memelas udah gak makan tiga hari.

“em... oke!!” jawab gue, yang emang gak tegaan kalo sama cewek. Wajah Mita langsung terlihat riang gembira.
Dia gak tahu, kata ‘iya beneran’ yang dia katakan barusan adalah kata sepakat untuk perjanjian berdarah dengan iblis kegelapan.

Pintu neraka telah terbuka.
Semoga dia tidak menyesal dengan pilihan yang sudah diambilnya.


..…
“eh, tapi..” gue gak ngelanjutin kalimat gue.
“apa??” wajah Mita kembali memelas.
“gak gak jadi wes.. ” wajah mita langsung kembali lagi bersemangat.
Sebenernya gue pengen bilang, ‘eh, tapi kalo kamu dibonceng duduk ya.. jangan berdiri!’, tapi kayanya dia udah tahu.


***


….
“eh? masa sih??.. hahaha…” jawab gue heran, waktu dia cerita tentang bagaimana dirinya yang ‘harus’ naik perahu untuk pergi mencapai sekolahnya waktu sekolah SMK. Dia harus naik perahu karena jalan tersingkat dari tempat dia turun dari angkot ama SMK-nya dipisahkan ama sungai.

Kita terus ngobrol di sepanjang perjalanan. Ternyata dia anak yang lumayan asik kalo diajak ngobrol. Ya, seenggaknya masih lebih baik daripada gue pulang sambil ngelamun sendirian, ngantuk, terus gak sadar nerobos lampu merah, lalu nabrak tukang becak yang tidur dipinggir jalan, trus nyungsep di got, dan berakhir ditilang ama petugas-petugas ber-helm yang doyan duit dan harus mendekam di kantor polisi semaleman karena gak ada yang mau nebus gue. Ya, masih mending gini.

“lho, biasanya emang gitu?? kok lama banget??”

“iya, jadi aku kalo berangkat dari rumah tuh jam 6!” kata dia, sambil terus cerita kalo emang perjalanan di pulang pergi tiap harinya menempuh waktu 2 jam.
Dia cerita banyak hal tentang dia ama keluarganya. Termasuk tentang dirinya yang ampe sekarang gak bisa naik motor karena takut, ampe kakaknya yang sekarang kerjanya men-supply barang ke toko-toko dan harus janjian dulu ama dia kalo emang minta dijemput.
Dia cerita banyak hal. Dia tipe anak yang langsung mudah akrab ama orang yang baru ditemuinya.

Sementara gue? Gue lebih sedikit cerita dan lebih banyak dengerin aja. Gue lebih fokus pada bagaimana agar-gue-gak-nabrak-mobil-di-depan-gue-karena-telat-ngerem dan mikir, berapa persen kemungkinan anak ini sampai dirumah dalam keadaan masih bernapas.

Ya, gue musti membuat image kakak kelas yang baik, santun, berwibawa, patut dicontoh dan rajin membuang sampah pada tempatnya (eh??). Gue gak mau dia ampe dapat kesan yang jelek ke gue. Gue harus terlihat seperti kakak kelas teladan. Alhasil, ketika dia ngajak gue ngobrol gue berusaha ngikutin alur ceritanya sambil terus bersikap cool.

….
Mita: ..iya, aku pernah juga ampe jam 2 malam masih di jalan!!
Gue: wah, beneran?!! emang ngapain aja? jalan-jalan?
*fakta: lagi mikir, ‘ah.. ini bannya kayanya gak apa-apa.. tapi yang belakang kok agak gak beres?..

…..
Mita: …nenekku aja ampe tanya, kamu itu butuh uang? kok ikut lomba?
Gue: haha.. ya tapi hebat! udah bisa juara 1 gitu..
*fakta: lagi mikir, ‘kok gasnya agak gak stabil sih?? ini kenapa lagi?! oh c’mon! please, not now!

….
Mita: … iya, dikelasku jarang ngumpul-ngumpul gitu.lebih sering ngelompok ke gang-nya masing-masing. jadi kalo keluar jarang sama-sama 1 kelas gitu..
Gue: tapi mereka kreatif-kreatif ya, ada yang jago gambar, desain, ada yang pinter programming..
*fakta: lagi mikir, ‘ah, jangan-jangan bensinnya abis, makanya kerasa agak gak beres!!

Gue berusaha sebisa mungkin buat membuat perjalanan kali ini berjalan dan berakhir senormal mungkin, layaknya perjalanan pulang kaya yang biasa dialaminya sehari-hari. Gue pengen dia gak merasakan perjalanan dan tanpa terasa udah nyampe tempatnya pulang sambil bilang, “wah! gak kerasa ya, udah nyampe rumah..”

Pikir gue, itu yang terbaik baginya. Itu yang terbaik bagi orang-orang di sekitar gue. Merasakan perjalanan bersama gue senyaman mungkin dan tiba tempat yang mereka tuju tanpa gangguan apapun.
Yang tanpa gue sadari, sejak dulu memang itulah sifat gue. Kelebihan gue. dan, pada saat yang sama, kelemahan gue.

Gue berusaha sebisa mungkin membuat orang-orang di sekitar gue selalu merasa bahagia dan tersenyum waktu bersama gue. Gue pengen membuat mereka merasakan ‘sesuatu’ dengan sama gue. Sama-sama melihat dunia dari sudut pandang gue. Menunjukkan padanya bahwa ada hal yang ‘seperti ini’ di dunia, yang sesungguhnya sangat indah. Berusaha membuatnya mengerti tentang sudut pandang gue terhadap dunia hingga mereka mengerti.
Mengerti tentang dunia dan gue.
Gue gak pengen mengecewakan orang lain. Apalagi menyakiti.

Berusaha menyimpan semua masalahnya sendiri dan hanya menunjukkan sisi terbaik dari dirinya dan tampil dengan performance sesempurna mungkin, selayaknya berada di panggung pertunjukkan.
‘penonton tak pernah ingin tahu bagaimana latihan-berdarah-mu ataupun masalahmu dibelakang panggung. mereka hanya ingin melihatmu tampil secara sempurna di atas panggung.
Karena mereka tidak sempurna. Mereka telah putus asa menjadi sempurna.’

Tak satupun dari mereka akan peduli dan pergi ke balakang panggung untuk menanyakan, “bagaimana keadaanmu?..”

Ya. Pada akhirnya gue mikir, itu adalah kekurangan gue. I’m so introvert person.
“I’m (always) fine” person.
Terkadang kita selalu mengatakan “aku baik-baik saja..” karena kita tidak ingin mengecewakan orang lain. Kita selalu berusaha menunjukkan sosok yang selalu kuat dan dapat mengatasi semua masalah kita.
Itu juga yang gue alamin. Yang pada akhirnya menggiring ke satu hal: gue egois.
Gue egois karena tidak rela berbagi perasaan kepada siapapun. Berbagi segala hal pada apapun.

Kita terlalu takut melihat orang lain kecewa. Kita takut menghadapi wajah tidak gembira mereka. Yang merupakan cerminan dari keadaan kita sebenarnya;

Kita takut melihat diri kita sendiri.


Akhirnya gue sadar, gue selama ini menjalani hidup yang diberikan Tuhan ke gue tidak secara sepenuhnya, yang pada akhirnya membuat gue memutuskan untuk keluar dari 'cangkang’ gue dan berusaha terbuka pada siapapun sekarang…

Manusia tidak sempurna karena mereka adalah makhluk paling sempurna.
Jangan pernah menyembunyikan apapun lagi..

….
……
JEGREKGREKGREEKKK!!...tiba-tiba aja tanpa sebab Si Blues mogok waktu di daerah jalan H.R. Muhammad, di depan stasiun TVRI. aghhh! ini kenapa lagi?!! kenapa harus sekarang?!!... oh, God!!... great!! pikiran gue langsung kacau seketika.
“waduh mas!!.. ini kenapa?!..” Mita langsung heran dengan apa yang terjadi.
“eng? wah! gak tahu juga!..” jawab gue sekenanya, yang emang gak tahu secara pasti penyebab mogoknya kali ini.

Vespa yang awalnya berjalan lancar itupun melambat dan pada akhirnya berhenti. Akhrnya mau gak mau kita berdua berhenti melanjutkan perjalanan. Mita turun, lalu gue minggirin Si Blues ke tepi jalan.
Satu hal yang langsung ada di pikiran gue: berakhir sudah akting gue sebagai kakak kelas yang cool! sudah tidak akan ada lagi kenangan mas budi si kakak kelas yang keren!


***


…..
Di pinggir jalan, gue berusaha men-starter lagi vespa gue itu. Berkali-kali gue nyoba, tapi gak berhasil. Gak ada tanda-tanda kehidupan sedikitpun.

“gak apa-apa tah?” tanya Mita yang ngeliatin gue men-starter dari belakang. Wajahnya terlihat tenang, menutupi bahwa mungkin saja dia sebenarnya dalam keadaan sangat panik sekarang.
Ya, menutupi kemungkinan bahwa dia sekarang sebenernya udah siap-siap ngelempar helmnya ke gue, lalu kemudian lari kenceng sambil nangis tereak-tereak, “EMAAKKK!!!!... TOLONG ANAKMU INI!!!!... AGHH!!! MANA OJEK?!!.MANA OJEEKK??!!!!.... TIDAAKKK!!!.... TOLOOONGGG!!!....”
Sangat mungkin dia sekarang sedang panik, tapi fakta dibalik itu semua: sebenernya gue yang sekarang sedang sangat panik.
Gue sekarang sedang panik, karena gue mengikut-sertakan anak orang, terlebih lagi cewek, ke dalam keadaan (tidak nyaman)ini. Ini bakal lebih mudah kalo gue ngalamin hal ini sendirian.
Kalo gue sendirian, kalo misalnya gue tetep gak bisa ngelanjutin perjalanan, gue punya dua kemungkinan, nelpon bokap buat dijemput pulang terus gondok, gak mau kuliah selama seminggu, ato tidur dijalanan lalu jadi gembel sebulan.
Masalah beres.

Tapi ini enggak! Gue gak sendiri. Pilihan gue menjadi:
Nyariin ojek buat anak ini buat pulang, ngasih uang ganti rugi ke anaknya, lalu nelpon bokap buat dijemput terus gondok gak mau berangkat kuliah selama seminggu atau tidur dijalanan lalu jadi gembel sebulan. (tetep)
Gue selalu mikir, ini bakal lebih mudah kalo gue tanggung sendiri.

“gak papa.. udah biasa kaya gini kok!”

Berhenti berusaha matahin kaki kanan gue(baca: men-starter vespa), gue berinisiatif buat ngecek bensinnya.
Gue buka tutup tanki bensinnya, ternyata gak keliatan apa-apa karena gelap. Waktu gue ngeliat ke atas, gue baru sadar kalo gue berhenti di samping pohon-entah-apa-namanya, yang ngalangin cahaya lampu kota di atas kita hingga turun ke jalan.
Gak kehabisan akal, gue ngambil hape gue buat membantu pencahayaan biar isi tanki keliatan.
Agak kurang jelas karena gelap. Cuma keliatan samar-samar. Gue goyang-goyangin biar keliatan jelas.
Merasa 1 hape kurang, Mita yang ngeliat itu juga ikut-ikutan bantuin dengan hape-nya. Dia langsung ikut-ikutan nerangin pake cahaya yang muncul dari layar hape-nya.
Untuk sesaat ini terlihat kaya saling adu pamer, hape siapa yang nyalanya paling terang.
Untung aja si Mita gak ampe ngomong, ‘sinyoku hapeku!!’

“gimana? mungkin bensinnya habis paling..” Mita masih terus nyorotin pake hapenya, tapi lebih mengarah ke tangan gue (yang sebenernya sama sekali gak membantu).
Gue ngeliatin sambil goyang-goyangin, biar pantulan dari cahaya hape keliatan.

Ternyata bensinnya masih ada.

“gak juga.. bensinnya masih banyak kok!..” jawab gue yakin, seolah-olah bensinnya emang masih banyak.

Gak lama, seorang Satpam yang sedang bertugas menjaga depan kantor di pinggir jalan tempat kita mogok nyuruh kita buat membawa Si Blues ke tepi sisi luar tempat parkir kantor itu, tempat yang lebih baik daripada di pinggir jalan, agar gue bisa lebih leluasa ngebenerin. Guepun nurut.

….
…..
“kayanya businya ini yang bermasalah!..” kata gue ke Mita, setelah ngecek businya yang warnanya jadi item hangus.
Gue berusaha ngebersihin businya, lalu gue coba pasang lagi. Gak ngaruh.

Ngerasa yang gak beres adalah businya, gue nyari busi cadangan gue.
Beberapa saat kemudian gue nemuin dua busi yang gue cari. Tapi percuma, karena keadaan keduanya ternyata sama parahnya. Sangat kotor. Berkali-kali gue coba keduanya tapi gak ngaruh!!
Gue pasang busi cadangan 1, trus kembali berusaha matahin kaki kanan gue. Gak berhasil, gue lepas busi cadangan1 trus gue pasang busi cadangan 2. Gue kembali berusaha matahin kaki kanan gue lagi berkali-kali. Masih tidak menampakkan hasil, gue lepas busi cadangan 2 dan ganti busi asalnya lagi. Gue ulangin.
Ternyata emang percuma.

“istirahat dulu mas!!.. mungkin aja vespanya kepanasan. butuh istirahat sebentar.. ” kata Mita sok yakin waktu ngeliat gue, yang malah menyamakan kasus ini dengan kasus laptop mati karena kepanasan.

Wajar sih dia mikir gitu, dia kan cewek. Jadi pantes menurut gue, kalo dia gak tahu menahu tentang motor dan trouble of ‘busi’ness (masalah perbusian) ini. Gue aja baru tahu akhir-akhir ini kok.. Jadi wajar kalo dia gak bisa bedain, antara bedanya motor mogok karena bensin abis, kepanasan, atau karena masalah busi atau mesin.
Ya seenggaknya kalo dia mengalami kejadian motor mogok lagi, dia gak ampe jawab,
“emm.. mungkin dijemur bentar dulu!!.. baru mungkin bisa lagi..”


“Pak, di sekitar sini bengkel paling deket di mana ya?” tanya gue ke Pak Satpam yang dari tadi ngeliatin gue berusaha ngehidupin Si Blues. Gue pikir, cara paling cepet adalah beli busi baru.

“waduh!!.. kalo dari sini agak jauh! lagian, udah jam segini!! gak ada bengkel yang buka!..” Satpam itu menjelaskan. Gue ngeliat jam di hape gue, pukul 10:30-an. Iya juga, mana ada bengkel yang buka jam segini.

“coba tanya ke dealer samping sini.. sapa tahu ada..” Satpam itu nunjuk tempat dealer motor yang ada di samping tempat kita mogok. Tempat itu udah tutup. Tapi mau gak mau, gue musti nyoba.
Setelah gue tanya orang yang jaga di depan tempat tersebut, ternyata orangnya bilang kalo cuma ada busi 4 tak.

“coba ke sana aja” kata orangnya sambil nunjuk ke arah traffic light. “ kamu ke lampu merah itu, belok kanan. mungkin masih ada di sana..”

“jauh pak?”

“gak sih!!.. coba aja!”
Gue ngangguk.
Gue sebenernya tahu arti lain dari kalimat itu. Yaitu: “coba cari di tempat lain aja, pokoknya gak di sini! terserah sih, ada apa gak! itu derita lo!”

Guepun langsung menuju jalan sesuai petunjuk. Gue terus jalan sambil ngeliat kanan kiri, sapa tahu ada tempat-yang-kemungkinan-terdapat-busi-di-sana yang masih buka.

Ternyata banyak bengkel yang udah tutup. Cuma ada beberapa warung kopi, yang lampunya masih menyala.
Setelah jalan sekitar 100 meteran lebih, gue lalu nemuin seorang bapak tua di depan rumahnya yang lagi nambal ban sepeda dan sepasang suami-istri di sana beserta motornya. Ngerasa mungkin ada harapan, guepun langsung mencari keajaiban ke tempat tukang tambal ban ini.

“Pak,,.. uh… em.. jualan busi?” tanya gue, agak ragu-ragu. sadar, emang kecil kemungkinan ada busi di tempat ini.
Pak tua yang sedang berasik-masyuk dengan ban sepeda itu langsung noleh ke gue, terus ngeliatin gue bentar. Gak tahu kenapa, secara insting gue langsung was-was.

“emang busi apa?”

“kaya gini!..” gue merogoh saku celana buat ngambil busi yang gue bawa, terus nunjukin ke Pak tua itu. “kaya gini.. ada Pak?”

“bawa aja motornya ke sini!..”

eh? maksudnya?? gue agak heran dengan maksud kalimat Pak tua misterius yang ambigu ini. maksudnya apa nyuruh motor ke sini?
“eh.. businya ada Pak?”

“bawa aja motornya ke sini!!..”

Gue mikir bentar, sebenernya apa maksudnya ini?? bukannya lebih mudah kalo gue bawa businya ke motornya? bukan motornya yang dibawa ke sini!! gue mikir lagi, apa maksud dari ini semua? apa maksud dari kata ‘bawa aja motornya ke sini’ tersebut?! apa itu sejenis teka-teki? apa itu sejenis kalimat sandi rahasia atau anagram yang tersembunyi di dalamnya??
Atau yang terburuk, apa jangan-jangan gue mau diculik?!!
Ah, mana mungkin...
“eh, uh.. ya Pak..”

Akhirnya, meskipun dengan agak ragu-ragu, gue kembali ke tempat asal buat ngambil vespa gue. Mita udah nungguin di sana.

“gimana?” tanya Mita penasaran.

“disuruh bawa ke sana..” jawab gue seadanya, sambil ngambil tas ama helm gue.

“ada??”

“emm.. gak tahu. tapi disuruh bawa vespanya ke sana..” jawab gue seadanya.

“tapi businya ada kan??!” tanya Mita ngeyel.

“gak tahu!.. makanya ini mau ke sana..”

Sayangnya Mita gak nanya lagi abis itu, padahal busi yang gue bawa udah siap-siap melesat ke kepalanya.

Sementara gue dorong si blues ke tempat Pak tua misterius itu, Mita ngikutin gue dari belakang.

....
.......
bersambung….










9 Responses to "-trouble of 'busi'ness!!!-"

Ainurrosyid Atho'illah Says :
30 Juni 2010 pukul 06.39

kok bersambung??

terusannya apa kamu mau posting yg tragedi busi kamu aku ma reza? ha ha ha

au ah GELAP!!!

andikurnia Says :
30 Juni 2010 pukul 07.42

jiah, kok bersambung sih......kelanjutannya gimana nih...?? bikin orang penasaran ae...

nee.Ya.nia Says :
30 Juni 2010 pukul 09.35

sambungannya mana???????
>o</

egois ya..? --a

siNewbie "nama keren" ^_^ Says :
30 Juni 2010 pukul 14.10

huuuuuuuuuuuuaaaaaaaaaaaa.....lebay!!!!.....nb:nmanya dsamarkan dunk.....persn ceritanya gk selebay itu dech......jangan lupa ceritain sbuah mobil yang parkir d ATM yg bantu nyentrongin ke blues u...hohoho.perasaan q gak pernah punya sifat lugu dg ekspresi mata berkaca kaca...jdi mikir klo q sprti itu plng q tambah imut..hahahaha.mata mita klo berkaca2 piye y????

Unknown Says :
30 Juni 2010 pukul 17.15

@all: iya, ceritanya bersambung.. ^^ lanjutannya dalam proses pengeditan..
tunggu aja...

@rosyid: akan kupertimbangkan.. XD hahaha..

@andhika: emang itu tujuannya.. haha.. XD (sebenernya emang ceritanya belum selesai.. --a)

@nia: kita udah debat panjang tentang ini.. --a tunggu aja lanjutannya..

--a egois??

@mita: hahaha.. XD itu untuk mendongkrak popularitas.. XD (anak ini belum tau kalo aku lebay.. >.<a)
haha.. kalo itu diceritain semua,(ceritanya diceritain secara detail), bakal puanjanggg.. dan membosankan.. XD wkwkwkk.. jadi kusingkat.
haha.. itu biasanya kalo kamu pasang muka sok imut.. hahaha.. XD
mata berkaca-kaca itu kalo kamu kasih insto, nah!! itu berkaca2.. XD

Muhammad Aditya Haferush Says :
4 Juli 2010 pukul 18.19

whohoo,,,, brsambung sayange...

tata pnulisan uda lbih bgus dri yg sblumnya, alurnya jga,, kmu mcoba bkin crita ini lbih mnarik,,,

sep dah

tiche Says :
5 Juli 2010 pukul 18.16

yahhhh...bersambung..ksi taunya kalo udah kelar aja hahay...

aku tggu smbunganny...

AkaneD'SiLa Says :
25 Juli 2010 pukul 13.29

weks....
udah panjang² gini masih bersambung??
hhm okelah
aku tunggu


sumpah jadi kakak kelas yang cool pupus sudah..
huahaha

Posting Komentar